Suara Media Nasional

Memasuki akhir tahun, angka pereceraian di Ponorogo masih cukup tinggi, bahkan angka ini sudah melebihi data jumlah perceraian di tahun kemarin. Jika tahun 2009 lalu angka perceraian sebanyak 1.498 kasus, tahun ini jumlah itu mencapai 1.614 kasus, atau meningkat 20 persen.  

Dari data yang diperoleh, tingginya angka perceraian itu selain karena ketidak harmonisan hubungan dalam berkeluarga, menjadi tenaga kerja di luar negeri juga menjadi faktor penyebab tingginya angka perceraian.

''Memang rata-rata kalau seseorang sudah bekerja di luar negeri mereka memilih talak tiga (bercerai), dengan alasan mendapatkan pasangan hidup di negeri orang. Jumlah mantan TKI yang minta bercerai di sini mencapai 65 orang,'' jelas Musnan Maulana, Humas Pengadilan Negeri Ponorogo ketika ditemui Selasa (28/12/2010).  

Ironisnya, dari 1.794 berkas perkara yang diterima Pengadilan Negeri Ponorogo, 90 persen di antaranya adalah kasus perceraian. Yakni mencapai 1.614 perkara, sedangkan 180 kasus sisanya hanyalah permasalahan harta gonogini, poligami, wakaf, serta dispensasi pernikahan.

''Nyaris setiap dua atau tiga hari kami menggelar sidang pernikahan. Lihat saja jumlah perkara perceraian di sini sangat tinggi, baru disusul kasus perebutan harta gonogini,'' katanya.

Musnan juga menambahkan, jumlah pereceraian itu memang selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Bahkan nyaris di setiap tahunnya di kota Reyog yang notabene juga dikenal sebagai kota santri ini selalu mengalami peningkatan angka perceraian tembus 10 persen hingga 20 persen per tahunnya.

Ironisnya lagi, menurut data yang dia miliki itu, angka perceraian di Ponorogo itu merupakan angka tertinggi ke tiga di Jawa Timur (Jatim). ''Ponorogo memang berada diperingkat ke tiga, setelah pertama Surabaya dan kedua kabupaten Tulunggagung. Kedua kabupaten itu juga didominasi TKI dan TKW yang menggadukan cerai atau talak tiga,'' pungkasnya. (yud)