Suara Media Nasional

TULUNGAGUNG, SMN - Minimnya anggaran yang dialokasikan untuk pemeliharaan jalan, berakibat jalan rusak semakin bertambah. Hingga tahun 2013 ini, jalan rusak di kota marmer itu panjangnya mencapai 800 km. Atau sekitar 60 persen dari jumlah total ruas jalan yang dimiliki Kabupaten Tulungagung.

Kondisi tersebut membuat masyarakat menjadi resah. Ujungnya di sana sini muncul reaksi masyarakat dalam menyikapi jalan yang rusak itu. Misalnya dengan menanami pohon pisang, di tengah jalan. Bahkan ada yang berinisiatif untuk menjadikan jalan sebagai kandang itik. “Tampaknya Pemerintah Kabupaten Tulungagung kuwalahan perbaiki jalan rusak”, ujar Haryanto, warga Desa Gamping, Kecamatan Capurdarat.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Bina Marga dan Cipta Karya (PUBM-CK) Kabupaten Tulungagung, Sutrisno. Mengatakan, untuk mengatasi persoalan jalan rusak di Kabupaten Tulungagung, pihak Dinas PUBM-CK telah memulai perbaikan.

            “Saat ini kami sudah mulai melakukan pengerjaan beberapa ruas jalan yang rusak. Untuk tahap pertama sudah rampung. Sedang tender tahap kedua sudah mulai dilakukan pengukuran. Sedang tender lelang tahap ke tiga mulai diadakan persiapan. Mengenai anggarannya ditambah menjadi sekitar 50%,” jelas Sutrisno, Kepala PUBM-CK Tulungagung.

            Menurut data yang bersumber dari dinas PUBM-CK, jalan rusak di Kabupaten Tulungagung mencapai 800 km. Sementara itu anggaran perbaiklan jalan yang tersedia untuk tahun lalu hanya sekitar 10% saja. Akibatnya, jalan rusak semakin meluas karena tak mampu melalkukan perbaikan.

Kerusakan jalan tersebut berada di daerah pinggiran kota. Namun begitu kawasan kota juga banyak. Temuan Media Kompass Indonesia di beberapa lokasi, dari 19 kecamatan yang ada, tak ada kecamatan yang jalannya tidak mengalami kerusakan. Bahkan terdapat beberapa kecamatan mengalami kerusakan jalan cukup parah.

            Kecamatan Tanggunggunung, Pakel, Campurdarat, Besuki, Pucanglaban, merupakan wilayah kecamatan yang mengalami kerusakan jalan cukup parah. Bahkan daerah tersebut di atas aktifitas perekonomian rakyat nyaris lumpuh. Misalnya, ruas jalan antara Desa Ngrejo, Kecamatan Tanggunggunung. Ruas jalan yang menuju Pantai Brumbun sepanjang kurang lebih10 km, tak mampu dilewati kendaraan roda empat.

            Kondisi ini membuat masyarakat sekitar kesulitan menjalankan aktifitas perekonomiannya. Salah satu indikatornya, para petani,  ketika akan mengusung, menjual hasil panen kesulitan. Nelayan saat ingin menjual hasil tangkapannya harus bersusah payah. Kalupun bisa hanya dengan sepeda motor.

            “Sudah cukup lama jalan di desa ini rusak, tapi pemerintah daerah belum juga memperbaiki. Akibatnya masyarakat desa ini seperti terisolir”, ujar Yulianto, tokoh masyarakat Desa Ngrejo, Kecamatan Tanggunggunung. (dian)