Tahun 2011, Pembiayaan Pelayanan Kesehatan di Jatim Baru Tercover 46 Persen


        SURABAYA, SMN - Gubernur Jatim Dr. H. Soekarwo mengungkapkan, pembiayaan pelayanan kesehatan di Jatim yang harus direalisasi bersama antara Pemprov. Jatim dan kabupaten/kota tahun 2011 baru terealisasi 46 persen, dari target universal coverage.
Pernyataan itu disampaikan saat membuka Rapat Koordinasi Kebijakan Pembangunan Kesehatan se Jatim, di Garden Palace Hotel Surabaya, Senin (23/4).

Soekarwo menjelaskan, dari total pembiayaan sebesar itu di bagi menjadi beberapa bidang; antara lain bidang Jamkesmas sebesar 29 persen, Jamkesda 3 persen, Jamsostek 2 persen dan Askes 8 persen serta lainnya sebesar 4 persen. Sedang sisanya sebesar 54 persen adalah jumlah masyarakat jatim yang belum tercover. Sehingga hal tersebut perlu dirumuskan kebijakan baru yang balance antara peningkatan cakupan untuk mencapai universal coverage, peningkatan dari sisi suplai kuantitas dan kualitas termasuk ketersediaan infrakstruktur yang layak.
Sampai saat ini, pembiayaan kesehatan yang dikeluarkan pemerintah belum sepenuhnya dapat menjamin pengurangan penyakit pada masyarakat utamanya bagi masyarakat miskin. Oleh karena itu, kegiatan pelayanan kesehatan difokuskan pada peningkatan aksebilitas dan kualitas pelayanan kesehatan dengan memberikan bantuan Jamkesda non quota kepada 1,4 juta jiwa, pembangunan 527 Ponkesdes, 60 Puskesmas rawat inap, pembangunan 80 Puskesmas plus, pembangunan 180 Pustu kegawatdaruratan dan pemberian jaminan Asuransi Kesehatan Semesta.
Masuknya peningkatan aksebilitas dan kualitas pelayanan kesehatan sebagai program prioritas RKPD tahun 2013, tidak lepas dari point yang ada pada Millenium Development Goals (MDGs) yakni meningkatkan kesehatan ibu melahirkan dan menurunkan angka kematian anak atau bayi baru lahir.
Pada tahun 2011, berbagai capaian yang telah diraih Jatim dalam bidang kesehatan, pertama meningkatnya usia harapan hidup Jatim yang lebih tinggi dibanding nasional, yakni 69,81 tahun sedangkan nasional 72 tahun. Kedua, menurunnya angka kematian ibu melahirkan, di Jatim sebesar 104,3% per 100.000 ibu melahikan hidup sedangkan nasional sebesar 228% per 100.000 ibu melahikan hidup, termasuk didalamnya adalah penurunan angka kematian bayi baru lahir di Jatim yaitu sebesar 29,24% per 1000 kelahiran. Sementara Tingkat nasional sebesar 32% per 1000 bayi lahir. Ketiga, menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak , di Jatim sebesar 12,7 persen, sedangkan nasional sebesar 15 persen.
“Dengan prestasi itu, diharapkan ke depan kualitas pelayanan kesehatan di setiap rumah sakit yang dikelola swasta maupun pemerintah semakin baik ,” ujarnya..
Selanjutnya Pakde Karwo mengatakan, tahun 2011 jumlah rumah sakit di Jatim sebanyak 330 RS yang terdiri dari 226 RS swasta sebesar 72 persen, 12 RS BUMN dan 28 RS TNI dan Polri serta sebanyak 64 RS milik pemerintah sebesar 28% dikelola Negara. Jumlah itu ditambahan lagi sebanyak 5 RS pemerintah setara kelas D yakni RSUD Ngimbang Lawang, RSUD Lawang, RSUD Besuki Situbondo dan RSUD Dolopo Madiun serta RSUD Ploso Jombang.
Kalau dijumlah secara keseluruhan fasiltas kesehatan di Jatim ada sekitar 65.948 fasilitas kesehatan terdiri dari 330 rumah sakit, 950 Puskesmas, 2.273 puskesmas pembantu, 1.063 puskesmas keliling, 1.608 ponkesdes, 8.501 desa siaga, 45. 603 posyandu, 4.580 polindes, 236 rumah bersalin, dan 804 balai pengobatan klinik.
Menurut Pakde, jumlah fasilitas kesehatan sebanyak itu harus diimbangi dengan pelayanan yang memadai sehingga masalah pelayanan kesehatan tidak kalah dengan daerah lain atau negara lain. Sebagai contoh, RSUD Dr. Soetomo menjadi salah satu rumah sakit skala nasional dan internasional dalam rujukan pasien karena memiliki kualitas SDM dokter dan perawat yang terampil dan berkualitas, serta didukung teknologi yang canggih dan maju. Sehingga, para pasien dari berbagai daerah dan luar negeri datang untuk berobat ke Jatim.” Hal itu perlu dicontoh rumah sakit maupun fasilitas kesehatan lainnya yang ada di Jatim, dimana mengutamakan pelayanan yang baik,” tambah Pakde Karwo sapaan akrabnya.
Masalah kesehatan, harus menjadi skala prioritas dalam pembangunan, sebab dengan modal sehat maka masyarakat Jatim bisa hidup makmur dan sejahtera. Oleh karena itu, mari kita bersama- sama meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pada masayarakat miskin dan masyarakat Jatim secara keselurahan.
Sebelum meninggalkan tempat Gubernur berkenan melaunching program EMAS yang bertujuan untuk memberikan pelayanan medis tingkat dunia sebagai bentuk menyelamatkan ibu dan bayi yang baru lahir di Jatim. Program EMAS ini diluncurkan secara bersamaan oleh 6 provinsi di Indoensia yang merupakan hasil kerja sama antara Konsul Jenderal Amerika Serikat bersama Pemprov. Jatim dalam hal ini Dinas kesehatan Prov. Jatim dan Kementerian Kesehatan RI.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

0 Response to "Tahun 2011, Pembiayaan Pelayanan Kesehatan di Jatim Baru Tercover 46 Persen"


KLINIK KANG JANA

KLINIK KANG JANA