Suara Media Nasional

MALANG, SMN - Menurut ketua PB NU, KH. Hasyim Muzadi, pada tahun 2000-an sebelum Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) lahir, bahwa pihaknya bersama kalangan Muhammadiyah saat itu sempat mewacanakan adanya misi pemberantasan korupsi yang terjadi di negeri ini. Hal itu dilakukan karena tindak kejahatan korupsi di negeri ini sangat besar.

Demikian yang disampaikan oleh KH Hasyim Muzadi pada pembukaan acara Pemberantasan korupsi di Indonesia dan problema penegakan konstitusi, bersama MK, KPK, Ulama, Cendekiawan dan Tokoh Masyarakat se-Jatim di Ponpes Al-Hikam kota Malang, Kamis (11/10). Menurutnya, akhirnya wacana itu direspon oleh pemerintah dan terbentuklah KPK pada tahun 2003.

Saat KPK tersebut terbentuk, tambahnya, diawal-awal memang sempat menuai pro kontra dibanyak kalangan, terutama di kalangan pejabat publik. Namun khadiran KPK memang sangat dibutuhkan saat itu agar Rrepublik ini terbebas dari bahaya laten yang namanya korupsi. "Seiring berjalannya waktu, KPK melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan kinerjanya mulai menunjukkan hasil," sambungnya.

Keberadaan KPK ini, terang pengasuh Popes modern Al-Hikam itu, harus mendapat dukungan dari semua pihak, seperti halnya masyarakat, ulama, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), maupun pejabat negara. Dengan demikian pemberantasan korupsi di negeri ini dapat berjalan secara maksimal. "Saat ini yang sulit bukan mendeteksi orang yang melakukan tindakan korupsi,te tapi mencari orang yang tidak korupsi," kelakarnya.

Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa yang terpenting saat ini adalah bagaimana memberantas korupsi dari hal yang terkecil, yaitu di lingkungan kita masing-masing. Karena awal terjadinya korupsi itu berasal dari lingkungan yang kecil serta tindakan yang dipandang orang bukan tindakan korupsi, seperti halnya tidak menggunakan waktu dengan baik. "Menurut kebanykan orang perilaku tersebut bukan korupsi, padahal itu merupakan titik awal terjadinya korupsi," pungkasnya. (trio/hms)