Gagas Pertanian Ramah Lingkungan
Posted in |
Bupati dan kepala dinas lakukan panen raya padi
LAMONGAN, SMN - Periode hingga akhir
Juli lalu adalah puncak serangan hama wereng di Lamongan. Saat itu, total ada
1.505,4 hektar lahan pertanian di Kota Soto tersebut yang diserang wereng. Jumlah
serangan itu sekarang terus turun hingga tersisa hanya 20 persennya.
Data
tersebut disebutkan kemarin oleh Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan setempat
Aris Setiadi melalui Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT)
Purwo Widodo seusai mendampingi Bupati Fadeli melakukan panen raya padi di Desa
Tejoasri/Laren. Lahan yang dipanen itu adalah percontohan, Sekolah Lapangan
Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) skala luas.
Di
lahan seluas 60 hektar tersebut, pengendalian pencegahan hamanya sudah
menggunakan agen hayati yang ramah lingkungan. Agen hayati yang digunakan
sendiri sudah disesuaikan dengan kondisi tanah dan hama di daerah tersebut.
Panen
raya tersebut dimaksudkan agar memberikan contoh nyata bagi petani akan manfaat
penggunaan agen hayati. Hadir dalam panen itu ahli pertanian dari Universitas
Brawijaya Gatot Mudijono bersama Direktur Perlindungan Tanaman pada Kementerian
Pertanian Yadi Rusyadi dan Kepala UPT Proteksi Tanaman Jatim Ketut Marsudi.
Bupati
Fadeli di kesempatan itu menyampaikan keinginannya untuk mencanangkan program
besar di bidang pertanian. Yakni pertanian yang ramah lingkungan melalui SLPHT
skal luas sehingga member contoh nyata bagi petani.
Karena
SLPHT pada umumnya hanya mencakup luasan lahan 500 meter persegi. Sedangkan
tahun ini di Laren sudah dimulai dengan 60 hektar dan di Kecamatan Deket 100
hektar.
“Petani
saat ini masih berlebihan dalam penggunakan pupuk kimia maupun pestisida. Saya
mengundang pakar dan ahli dalam panen ini untuk semakin membulatkan tekad saya untuk
membantu petani Lamongan semakin sejahtera secara berkelanjutan dengan
pertanian yang ramah lingkungan”, ujarnya.
Terpisah,
Gatot Mudijono menyebut langkah Dinas Pertanian dan Kehutanan Lamongan untuk
memperluas skala SLPHT sudah tepat. Karena menurutnya, akan sangat susah untuk
meyakinkan petani agar mengubah perilaku.
Dikatakannya,
penggunaan pestisida dan pupuk kimia secara berlebihan telah memulai lingkaran
setan timbulnya ledakan hama tanaman. “Ekosistem yang tidak seimbang
menyebabkan timbulnya hama dan penggunaan pupuk urea berlebihan telah merusak
tanah sehingga mengancam produksi pertanian”, kata dia.
“Agen hayati bukan pengganti pestisida.
Penggunaan agen hayati sangat bagus untuk pencegahan penyakit tanaman. Tapi
bukan berarti dengan menggunakan agen hayati semuanya akan berjalan baik-baik
saja.
Dia
mengatakan hama penyakit meledak karena serangkaian penyebab. Maka
soslusinyapun harus dengan serangkaian cara. Dia menyebut caranya adalah
dengan menyehatkan tanah, menyehatkan tanaman dan meningkatkan keanekaragaman
hayati.
Namun
dengan agen hayati, luasan lahan yang terdampak positif bisa sangat luas. Dia
mencontohkan, jika ada 60 hektar lahan yang menggunakan agen hayati, manfaatnya
bisa dirasakan 40 hektar lahan di sekitarnya yang tidak menggunakan agen
hayati.
Manfaat
serupa dirasakan petani di Kecamatan Deket yang lahannya masuk di area SLPHT.
Ketika lahan pertanian di sekitarnya terserang wereng, lahan pertanian di
kawasan SLPHT aman.
“Untuk mensukseskan program ini hanya bisa
melalui pemberdayaan sumber daya manusia dan sumber daya alamnya dengan
transfer teknologi dan mengubah perilaku. Dan ini sangat susah dilakukan.
Sehingga hanya bisa dilakukan melalui sekolah lapangan seperti di Lamongan
ini”, imbuh dia.
Terkait
serangan wereng di Lamongan. Sampai akhir Juli lalu tercatat ada 1.505,4 hektar
lahan terserang wereng. Dengan rincian 815,2 ha serangan ringan, 395,8 hektar
serangan sedang, 216,4 kondisi berat dan 78 hektar statusnya poso. (ian)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Gagas Pertanian Ramah Lingkungan "
Post a Comment