Potensi Desa Ringinputih Kec Sampung, Holtikultura dan Kerajinan Batu Merah Jadi Andalan


Ponorogo, SMN - Desa Ringinputih Kecamatan Sampung merupakan pemekaran dari desa Carangrejo. Desa yang diresmikan oleh bupati Ponorogo tanggal 22 Maret 2012 ini menyimpan banyak potensi untuk dikembangkan.
Dengan letak geografis yang cukup strategis dan lahan pertanian yang subur maka Ringinputih sangat cocok untuk para petani bercocok tanam. Berbagai tanaman palawija seperti padi, jagung, kedelai dan kacang biasa ditanam oleh penduduk setempat. Namun ada juga yang menanam tanaman sayur atau holtikultura seperti cabe, tomat, melon dan bawang merah.
Menurut Kusmianto sekdes desa setempat bercocok tanam holtikultura lebih banyak untungnya dibanding dengan tanaman palawija. “Kalau kita menanam melon atau cabe dan sejenisnya mbak, mesti pandai lihat peluang pasar dan juga musim. Karena kalau kita menanam di musim yang tidak menentu seperti ini hama akan mudah menyerang, dengan demikian hasil panen pun berkurang“, jelas Kusmianto.
Lebih lanjut dia mengatakan untuk tanaman melon memerlukan ketelatenan dan kesabaran. Namun kalau dengan perhitungan yang tepat bertani melon sangat menguntungkan, tak jarang hasil bersih hingga puluhan juta rupiah. “Peluang pasar juga mesti kita perhitungkan mbak, kalau pas panen kebetulan harga di pasaran sedang tinggi otomatis kita meraup untung yang lumayan, “tambahnya.
Meski terkesan berspekulasi namun menanam holtikultura lebih menjanjikan dibanding dengan palawija yang terkesan monoton dan sering merugi. “Kebanyakan masyarakat memang lebih suka menanam padi mbak, karena pasti panen namun sebenarnya kalau dikalkulasi antara biaya tanam dan hasil panen hanya pak-puk aja, “imbuhnya. Memang diperlukan waktu untuk merubah pola pikir masyarakat agar tidak terlalu fanatik untuk menanam tanaman palawija sedang ada tanaman lain yang lebih menguntungkan. Perhatian, bimbingan dan dampingan dari pihak yang terkait sangat dibutuhkan untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat desa ini agar potensi dan lahan yang ada bisa dimanfaatkan secara maksimal.
Selain mayoritas sebagai petani masyarakat desa Ringinputih juga bermata pencaharian sebagai pedagang, wiraswasta, pegawai negeri dan pengrajin batu bata. Di wilayah desa ini bagian selatan tepatnya di dukuh Turen hampir seluruh warganya menggantungkan hidup dari membuat batu bata. Di setiap rumah akan nampak tumpukan batu bata baik yang masih mentah (belum di bakar) maupun yang sudah siap jual. “Sudah tradisi turun temurun mbak, di dukuh ini semua warganya membuat batu bata, selain tanahnya nggak beli karena dari tanah wadek (tanah yang diambil dari muara sungai) juga warga sini minim lahan pertanian“, ungkap Giarno salah satu pengrajin batu bata di dukuh Turen.
Dia juga mengatakan kalau membuat batu bata cukup menjanjikan kalau ditekuni dan tidak banyak menggunakan tenaga oranglain. Hal senada juga dikatakan oleh Nurwati yang juga menekuni pekerjaan ini sejak dia masih sekolah. “Kalau kita kerjakan sendiri untungnya lumayan mbak, meski harga merang cukup tinggi namun kita masih tetep untung kok, “jelasnya.
Masyarakat dukuh Turen menggunakan merang atau sekam padi untuk membakar batu bata yang mentah hingga siap jual. Namun kendalanya di musim kemarau susah untuk mendapatkan sekam karena banyaknya pengrajin batu bata di musim kering seperti ini. “Orang-orang pinggiran banyak yang membuat batu bata di musim kemarau mbak jadi agak susah untuk mendapatkan merang“, imbuh Nurwati.
Apapun kendalanya karena membuat batu bata sudah menjadi tradisi warga Turen maka mereka tetap mempertahankannya hingga ke anak cucu nanti. Namun sayangnya usaha yang cukup menjanjikan ini masih berjalan apa adanya dan individulaisme, belum terkoordinasi dengan baik. “Sayangnya belum ada satu wadah yang mengkoordinir para pengrajin batu merah di Turen sehingga mereka masih berjalan apa adanya, “jelas Kusmianto.
Dia berharap ada satu koperasi yang menampung hasil kerajinan batu merah warga Turen, namun harus ada keseragaman kualitas dan harga sehingga konsumen pun tidak akan kecewa. “Dengan adanya koperasi maka pembeli hanya akan lewat satu pintu dan pengrajin tidak akan bersaing satu sama lainnya, “pungkas Kusmianto. Warga pun menyambut baik kalau ada pihak yang bisa menjembati antara para pengrajin dan konsumen. Dengan adanya wadah atau koperasi mereka bisa menjual hasil kerajinannya tanpa harus takut dengan harga yang saling bersaing.
”Kami senang banget mbak kalau ada koperasi yang menampung hasil produksi batu bata dari kami, setidaknya kami tidak akan bingung memasarkan dan harga pun bisa stabil, tapi memang harus ada keseragaman ukuran dan kualitas, “kata Giarno. Tentunya menjadi PR bagi pemerintah desa setempat untuk mengelola aset yang sudah ada ini agar bisa berkembang dan menjadi aset desa yang tak ternilai harganya. (Any)
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

0 Response to "Potensi Desa Ringinputih Kec Sampung, Holtikultura dan Kerajinan Batu Merah Jadi Andalan"


KLINIK KANG JANA

KLINIK KANG JANA