Banyuwangi Terjunkan Atlet Nasional di "BTdI"
Posted in |
BANYUWANGI - Tim balap sepeda Banyuwangi Road Cycling Club (BRCC) menerjunkan atlet
nasional di lomba balap sepeda ‘Banyuwangi Tour de Ijen’ (BTdI) yang digelar
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, 7-9 Desember 2012.
"Sebagai tuan rumah, kami merekrut sejumlah atlet nasional yang
berprestasi untuk memperkuat Banyuwangi Road Cycling Club," kata Direktur
BRCC, Guntur Priambodo, Rabu (28/11).
Beberapa atlet nasional itu adalah Tonton Susanto yang merupakan atlet
sepeda peraih emas SEA Games 2011, Fatahillah Abdullah peraih emas balap sepeda
cabang "road race" di Pekan Olahraga Nasional (PON) Riau, dan Ryan
Ariehan yang juga peraih medali perak dan perunggu di PON Riau 2012. "Mereka
akan berjuang untuk tim Banyuwangi bersama atlet lokal Mohammad Taufik dan Eko
Setiawan dalam laga kompetisi Banyuwangi Tour de Ijen nanti," ucapnya.
Guntur optimistis tim balap sepeda Banyuwangi mampu merebut gelar juara
umum kategori tim lokal, dan gelar juara "overall" juga menjadi
incaran tuan rumah. "Para pembalap kami memiliki kemampuan untuk merebut
juara di dua kategori tersebut, terutama di klasifikasi lokal," tukasnya.
Untuk mewujudkan target juara, lanjut dia, sejumlah atlet BRCC
dipersiapkan secara khusus sejak Oktober dengan melakukan latihan bersama di
lintasan Pakuwon City-Surabaya. "Tonton Susanto dan kawan-kawan juga bersepeda
menempuh rute Surabaya-Banyuwangi sebagai adaptasi dan pemanasan sebelum
mengikuti kompetisi BTDI pada 7-9 Desember 2012," paparnya.
Ia menjelaskan latihan dan pemanasan perlu dilakukan para altet BRCC,
meski sejumlah atlet nasional berprestasi memperkuat tim tuan rumah.
"Persiapan yang matang harus dilakukan, meski tim kami dari pembalap andal
di Indonesia. Pembalap lokal bisa belajar lebih banyak dari pembalap
profesional," ujarnya, menambahkan.
Sementara itu, tim asing yang telah mendaftar pada lomba balap sepeda
Banyuwangi Tour de Ijen adalah tim Track Astana dari Kazakhstan, RCCC Presented
by EHBS dari Australia, kemudian China mengirimkan dua tim yakni Max Success
Sports dari China yang terdiri dari atlet China dan tim gabungan Hong
Kong-China.
Malaysia membawa dua tim yakni Trengganu Cycling Team dan Malaysia
National Team (MNT), serta tim dengan atlet beberapa negara seperti CCN
Cycling team yang terdiri dari atlet Denmark, Jerman, Belanda, Brunei dan
Indonesia. (har/aripin)
Parade
Gandrung Sewu Memang Kolosal...
FOTO:
Parade Gandrung Sewu di Banyuwangi Festival 2012
BANYUWANGI, SMN - Sore baru menjelang ketika rakyat Banyuwangi berbondong-bondong menuju
Pantai Boom di timur pusat kota Banyuwangi. Ibu-ibu, bapak-bapak, anak-anak,
remaja, juga kakek-nenek nampak bergegas seakan tak mau ketinggalan menyaksikan
gelaran yang baru pertama kali diadakan di kota ini, yaitu Parade Gandrung Sewu.
Parade yang digelar dalam rangka Banyuwangi Festival ini adalah sebuah
gelaran kolosal Tari Gandrung oleh 1.000 orang penari. Tari Gandrung merupakan
ikon pariwisata Kabupaten Banyuwangi. Areal yang digunakan sebagai arena parade
berupa ruang terbuka di pinggir Pantai Boom. Dari pantai ini pengunjung
dapat memandang Pulau Bali dari kejauhan dibatasi oleh Selat Bali yang beriak
tenang. Tak seperti biasanya, sore hari ini Pantai Boom sudah dipadati
ribuan warga Banyuwangi yang ingin melihat gelaran parade Gandrung Sewu.
Begitu Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas tiba, acara segera
dimulai dengan pertunjukan tari barong. Beberapa penari berbusana Barong secara
dinamis menunjukkan ketangkasannya. Tarian Barong memiliki ciri khas tersendiri
bila dibandingkan dengan Barong yang ada di Bali.
Pengunjung disuguhi pertunjukan macan wuto yang menampilkan beberapa
penari berpakaian seperti macan raksasa bergerak kesana kemari mencari mangsa
untuk melahap anak kecil. Ditafsirkan dari pertunjukan ini adalah
memperlihatkan penguasa yang telah buta hatinya sehingga tak segan-segan
mengambil dan mengabaikan hak-hak rakyat kecil. Melalui pertunjukan ini, rakyat
Banyuwangi mengirim pesan kepada penguasa agar berlaku adil.
Dalam kata sambutannya, Abdullah Azwar Anas mengucapkan terima kasih
atas semangat dan antusiasme rakyat Banyuwangi menyambut dan menyukseskan acara
Banyuwangi Festival yang akan digelar 22 Desember 2012. Kegiatan ini
dimeriahkan berbagai acara menarik hingga seperti Banyuwangi Jazz Festival,
Festival Kuwung, dan lainnya.
Abdullah Azwar Anas pun berterima kasih kepada seluruh pendukung acara
parade Gandrung Sewu yang terdiri dari 1400-an orang. Mereka adalah siswa-siswi
dari berbagai daerah di Kabupaten Banyuwangi, seniman, serta penari senior
maupun junior.
Setelah sambutan dari ketua panitia dan bupati Banyuwangi usai
disampaikan, alat-alat musik tradisional Banyuwangi mulai ditabuh untuk
membuka pagelaran diiringi pembacaan kisah sejarah Kabupaten Banyuwangi.
Beberapa penari pria sekonyong-konyong masuk ke arena sambil berlari membawa
umbul-umbul berbagai warna sambil melakukan gerakan tarian yang mengalir
dinamis.
Kemudian masuklah iringan membawa seseorang di atas pandu. Suasana
sakral dan mistis sangat terasa pada iring-iringan tersebut yang ternyata
membawa seorang penari Seblang. Ritual Seblang merupakan salah satu ritual
masyarakat Osing dengan tujuan untuk bersih desa dan menolak bala agar tetap
dalam keadaan aman dan tenteram.
Pagelaran dilanjutkan pembacaan kisah sejarah Kabupaten banyuwangi yang
diawali ketika penjajah (Belanda) datang. Dikisahkan saat itu rakyat begitu
sengsara oleh penindasan dan kesewenang-wenangan yang dilakukan penjajah.
Perlakuan kasar dan perampasan kekayaan hasil bumi rakyat Banyuwangi membuat
mereka menderita. Penjajah juga membawa serta perilaku dan budaya yang sama
sekali berbeda dengan budaya lokal, terutama budaya bersenang-senang dan
mabuk-mabukan.
Begitu banyak rakyat Banyuwangi yang terbunuh dan terusir dari kampung
halamannya sehingga hanya sedikit yang tersisa dan tinggal terpisah di
hutan-hutan belantara. Saat inilah tari gandrung tercipta dengan tujuan untuk
menyemangati para lelaki usai membuka hutan untuk ditempati. Lambat laun tari
Gandrung ini dibawa berkeliling untuk mencari dan membantu rakyat yang masih tinggal
di hutan-hutan sehingga akhirnya rakyat kembali berkumpul dan bersatu untuk
membuka daerah baru bernama Banyuwangi.
Nama Banyuwangi diambil dari nama hutan Tirta Arum yang dibuka untuk
membangun kota baru bagi rakyat. Karena sedemikian lekat tari Gandrung
dengan rakyat Banyuwangi maka tak heran bila Kabupaten Banyuwangi juga disebut
sebagai Kota Gandrung dan menjadi ikon pariwisata Banyuwangi. Tak berlebihan
rasanya bila dalam rangka Banyuwangi Festival kali ini, rakyat Banyuwangi
menyuguhkan Parade Gandrung Sewu dengan menampilkan 1.000 penari untuk menari
Gandrung.
Banyuwangi Jazz Festival
Malam harinya, serangkaian acara Banyuwangi Festival digelar bertempat
di Gesibu Blambangan. Pada gelaran jazz ini, pengunjung yang terdiri dari
berbagai kalangan ini begitu antusias menikmati musik jazz secara khusus
dipilih untuk mewakili wajah Banyuwangi di tingkat nasional dan internasional.
Acara jazz ini menyuguhkan kolaborasi antara maestro piano jazz
Riza Arshad dan musik tradisional khas Banyuwangi yang dijuluki Banyuwangi
Ethno Jazz Music. Tampil di dalamnya bintang-bintang jazz nasional, yaitu
ESQI:EF: Syaharani dan Queenfireworks, Monita Tahalea and friends, dan Rieka
Roslan – Reza (The Groove).
Banyuwangi Jazz Festival diharapkan memberi angin segar untuk musik
jazz di Indonesia dan menjadi jembatan bagi pencinta musik di Indonesia untuk
melihat Banyuwangi sebagai jujugan baru untuk tontonan berkelas dan juga tujuan
pariwisata dan diharapkan menjadi agenda yang berkelanjutan dari tahun ke
tahun. (misjn/arip)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Banyuwangi Terjunkan Atlet Nasional di "BTdI""
Post a Comment