DPRD Ngawi Tuding Pemkab Ceroboh
Posted in |
NGAWI, SMN - Amburadulnya
program desa online seolah menjadi tamparan serius bagi pemkab. Bagaimana
tidak, kebijakan yang sudah terlanjur menyedot bujet alokasi dana desa (ADD)
2011 mencapai Rp 1,4 miliar itu sama sekali tidak menyentuh masyarakat. Malah
memunculkan pro kontra di tingkat pemerintahan desa. Yang dirugikan siapa kalau
sudah begini? Masyarakat dan perangkat desa. Untuk perangkat desa kami yakin
ada gejolak internal, terang Khoirul Anam anggota Komisi I DPRD Ngawi.
Menurut Anam, pemkab terlalu ceroboh melaksanakan
program desa online secara serentak tanpa memperhitungkan tingkat kemampuan
sumber daya manusia (SDM) dan pembiayaan desa. Padahal kekuatan dan kebutuhan
masing-masing desa berbeda.
Sayangnya eksekutif tak mau ambil pusing urusan
semacam itu. Hanya perpikir program yang dijalankan bisa terealisasi di
masyarakat. Kalau saya mengibaratkan, program desa online itu seperti jauh
panggang dari bara. Programnya bagus, tapi pelaksanaannya asal-asalan, ujarnya.
Sejak pelaksananaan di lapangan pertengahan 2011,
lanjut dia, program desa online tanpa ada pengawasan dari Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintahan Desa (Bapemas dan Pemdes). Wajar bila rekanan
akhirnya juga setengah hati mengerjakannya.
Menurut Anam, kritik dan saran sudah berulang kali dilontarkan lembaga kedewanan di setiap sesi paripurna dan rapat koordinasi dengan satuan kerja pemerintah daerah (SKPD).
Menurut Anam, kritik dan saran sudah berulang kali dilontarkan lembaga kedewanan di setiap sesi paripurna dan rapat koordinasi dengan satuan kerja pemerintah daerah (SKPD).
Tidak pernah lelah untuk mengingatkan
program-program bupati yang pro rakyat desa. Hanya saja, kalau hasilnya seperti
ini kan juga delematis. Apa yang diunggulkan, ucap legislator PKB tersebut.
Anam menyebut, program pedesaan yang diusung bupati selama ini terkesan
timpang. Meski perencanaan dan pendanaan sudah terkonsep, saat pelaksanaan
tidak berjalan prosedural. Buntutnya, program yang tujuannya mengangkat
kesejahteraan warga desa secara langsung itu hanya tampak di permukaan. Banyak
sekali program pedesaan. Tapi hasilnya nihil. Itu yang harusnya dikaji ulang
pemerintah daerah. Ya seperti desa online ini, tegasnya.
Menyikapi program pedesaan yang karut marut itu,
dia menegaskan pihaknya berinisiatif memanggil seluruh SKPD terkait untuk
hearing. Hal ini penting guna secepatnya mencari akar permasalahan dan
solusinya. Jangan sampai persoalan semacam ini berlarut-larut. Sebab sudah
besar anggaran yang digelontorkan untuk program pedesaan. Tentu muspro bila
wujudnya sendiri tidak tampak di masyarakat, tuturnya.
Program desa online yang digagas pemkab tak
membuahkan hasil manis. Sebaliknya, program berbau teknologi informasi (IT) itu
amburadul, seiring lemahnya perencanaan dan tahapan pelaksanaan yang diterapkan
di lapangan. Bahkan, muncul tudingan mark up anggaran yang dilakukan rekanan
dalam pengadaan piranti lunak tersebut. Mukhson Hariyadi, koordinator LSM
Bhirawa menjelaskan bahwa belasan desa mengajukan komplain seputar program desa
online ini. Alasannya, meski diplot APBD 2011, program desa online belum
terealisasi sama sekali. (Sy)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "DPRD Ngawi Tuding Pemkab Ceroboh"
Post a Comment