Peningkatan Produksi Makanan Selain Beras
Posted in |
Jombang, SMN - Pangan adalah kebutuhan yang paling mendasar dari suatu
bangsa. Beberapa negara dengan sumber ekonomi cukup memadai tetapi mengalami
kehancuran karena tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduknya.
Sejarah juga menunjukkan bahwa strategi pangan banyak digunakan untuk menguasai
pertahanan musuh. Dengan adanya ketergantungan pangan, suatu bangsa akan sulit
lepas dari cengkraman penjajah/musuh. Dengan demikian upaya untuk mencapai
kemandirian dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional bukan hanya dipandang dari
sisi untung rugi ekonomi saja tetapi harus disadari sebagai bagian yang
mendasar bagi ketahanan nasional yang harus dilindungi. Hal inilah yang
mendasari diadakannya acara Pemantapan Konsumsi Pangan Alternatif pada kelompok
Wanita Tani sebagai tindak lanjut dari percepatan penganekaragaman konsumsi
pangan (P2KP) di pendopo (7/5/2012) yang diikuti oleh anggota P2KP tiap-tiap
kecamatan yang berjumlah 300 orang di seluruh Kabupaten Jombang.
Wakil
dari Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Jawa Timur, Yuniarti
dan Ita Yustina dalam seminarnya mengatakan bahwa pangan yang aman, bermutu,
bergizi, beragam dan tersedia secara cukup merupakan prasyarat utama yang harus
dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu sistem pangan yang memberikan
perlindungan bagi kepentingan kesehatan masyarakat. Dari segi konsumsi, program
diversifikasi atau penganekaragaman pangan belum menunjukkan hasil yang
diiharapkan, khusus untuk kelompok pangan sumber karbohidrat, beras masih
dominan dalam pola konsumsi rata-rata rumah tangga Indonesia.
Dalam
rangka mendukung program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis
sumber daya lokal, pengembangan kelompok pangan sumber karbohidrat berbasis
umbi-umbian perlu mendapat perhatian. Diantara kelompok umbi-umbian, ubi jalar
merupakan umbi yang potensial untuk dikembangkan, karena 1) mudah
diperoleh dan dibudidayakan di masyarakat, 2) memiliki potensi produksi yang
tinggi, 3) mempunyai potensi diversifikasi produk yang beragam, 40 memiliki
potensi gizi yang cukup.
Kepala
Kantor Ketahanan Pangan, RR. Yoelien Oetarti, SKM, MSi. Dalam laporannya antara
lain mengatakan bahwa untuk mendukung program tersebut pemerintah terus
mengaplikasikan konsumsi pangan alternatif pengganti beras misalnya pada
tanaman jagung, kedelai dan ubi. Karena dari bahan makanan tersebut masih
mengandung karbohidrat hingga 27,9 gram setiap 100 gram-nya. Hendaknya
masyarakat berupaya mendukung program ini dengan meningkatkan partisipasinya
dengan menggunakan tanah atau pekarangan di sekeliling rumah untuk menanam
sumber-sumber karbohidrat selain beras tersebut.
Demikian
halnya dengan apa yang disampaikan oleh Ir. RM. Thahyo Widodo, MSi., Staf
ahli bidang kemasyarakatan dan SDM, yaitu subsidi teknologi yang menjadi bagian
penting dari upaya menciptakan ketahanan pangan yang tangguh, harus
mengutamakan teknologi produktivitas yang ramah lingkungan. Teknologi tersebut
harus telah terbukti memberikan kontribusi yang nyata bagi peningkatan
produktivitas dan teruji bukan hanya untuk meningkatkan produktivitas tanaman
pangan tetapi juga mampu menjaga kelestarian produksi dan ramah lingkungan.
Disamping itu teknologi yang diterapkan harus bersifat sederhana, mudah
dimengerti dan dilaksanakan petani sehingga dapat diterapkan di lapangan secara
utuh dan memiliki kawalan/pendampingan di lapangan untuk menjamin
keberhasilannya. (Pj)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Peningkatan Produksi Makanan Selain Beras"
Post a Comment