Menengok Ludruk Taruna Budaya Bhayangkara

Kades Ketindan, Darto (Membawa piala) bersama perangkat Desa
Malang, SMN
                Seiring perkembangan Jaman yang begitu pesatnya hingga menggerus budaya Tradisional yang selama ini semakin sulit dijumpai seperti kesenian Ludruk, Wayang Kulit dan masih banyak yang lainnya. Tentunya hal ini sangat disayangkan. Untuk mempertahankan serta menghidupkan kembali kesenian tradisional yang selama ini kurang diminati khususnya oleh para Muda mudi, diperlukan pengertian serta pembelajaran betapa hebatnya kekayaan kesenian yang kita miliki ini.
Seperti  kesenian tradisional Ludruk Taruna Bhayangkara Budaya yang berada di Desa Ketindan, Kecamatan Lawang. Ludruk yang berdiri sejak tahun 1985 ini, sampai saat ini masih eksis ditengah arus modernisasi. Hal ini tidak menyurutkan niat untuk melestarikan Budaya Bangsa seperti yang diungkapkan Kepala Desa Ketindan, Darto. Awalnya Kesenian Ludruk ini bernama Taruna Budaya yang akhirnya mendapatkan pembinaan dari Polsek Lawang, namanya berganti menjadi ‘Taruna Budaya Bhayangkara‘.
                Di Era sekarang, Ludruk Taruna Budaya Bhayangkara dibawah pelindung  Kepala Desa Darto, Pembina Sudarno, ketua Lapiono, Sekretaris   rubeki, Bendahara   Saniah, dengan jumlah personil  50 orang   tidak diragukan lagi karena sudah memiliki jam terbang yang cukup tinggi. Seperti Pementasan yang pernah dilakukan di wilayah Malang, Pasuruan dan Surabaya  serta pernah berkolaborasi dengan Ludruk Kartolo CS yang sudah tidak asing lagi bagi para pecinta Ludruk  di Jawa Timur.
                Dari segi prestasi juga telah banyak  menjuarai  festifal seni seperti : Juara pertama kategori penyanyi terbaik Festifal Seni Vokal Tradisional dan Kreasi Baru tingkat Kawedanan di Singosari tahun 1990, di tahun 1991-1992 menjuarai festifal Seni Tradisional Tingkat Kabupaten, Tahun 1997 mewakili Polsek Lawang Tingkat Polres  Lomba patrol juga meraih juara pertama, dan masih banyak prestasi lainnya yang telah diraih.
                Selain menjabat Kepala Desa, Darto juga aktif di bidang seni. Hal ini dibuktikan kepedulian pada kesenian ludruk.  Kecintannya pada keseni an Ludruk  tersebut dimulai sejak dia masih usia belia hingga saat ini. Bahkan sejak duduk di bangku SLTP, Darto sudah memerankan tokoh penting dalam setiap pementasan Ludruk, seperti melakonkan Sawunggaling, Sunan Kali Jogo, Joko Sembung, Si Pitung dihukum gantung, Sumo Lewo Aris Japanan , dan tidak hanya cerita Pakem saja yang pernah diperankan olehnya, namun peran yang ditampilkan juga bisa disesuaikan sesuai tema yang akan ditampilkan. 
                    “Hal ini saya lakukan untuk melestarikan Budaya Tradisional, khususnya kesenian Ludruk agar lebih diminati oleh para generasi muda, tidak hanya para orang tua saja”, Ungkap Darto. Namun kendala yang selama ini belum teratasi adalah belum maksimalnya alat-alat pendukung seperti belum lengkapnya Gamelan dan properti panggung yang baru. Dia berharap ada bantuan dari Pemerintah agar lebih peduli pada keberadaan Kesenian Ludruk seperti pembentukan komunitas Kesenian Ludruk di daerah yang nantinya bisa menjembatani komunitas Ludruk di level komunitas yang lebih tinggi.  (Jun)
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

0 Response to "Menengok Ludruk Taruna Budaya Bhayangkara"


KLINIK KANG JANA

KLINIK KANG JANA