Hikmah Kasus Korupsi Jembatan Brawijaya



Bang-bang Tut dan Sengkuni


KEDIRI, SMN - Judul tersebut memang sangat jauh dari relevansi dari persoalan krusial dan masif kasus dugaan korupsi, diduga Rp 66 Miliar jadi bancaan, diduga dinikmati beberapa pejabat, diduga jumlah tersangka bertambah dan diduga, diduga, diduga. Mengapa kami harus menyebutkan diduga berulangkali? Karena, tentu saja kami tidak ingin terjebak dalam opini (liar) yang asbun, asal bunyi. Kami ingin menjunjung tinggi nilai-nilai hukum, asas praduga tak bersalah, dan…kasus itu masih terus ditindak lanjuti institusi penegak hukum, Polda Jatim. Apakah ini berarti Polres Kota Kediri, dianggap `kurang serius`?

Bukan! Justru kami sangat apresiasi terhadap bapak-bapak penyidik di Polres Kediri Kota karena sudah melakukan langkah kecil, berdampak besar. Bahkan sangat besar dalam penegakan hukum di Kota Kediri. Kami angkat topi setinggi-tingginya kepada bapak penyidik karena sudah berusaha menyambung lidah rakyat kediri, mengutip kata-kata senior kami. “Disinilah bekerja para pendiam,, ketika keadilan terluka……bla..bla
Usai sudah pula, edisi perang alibi dan perang argumen. Baik itu dari kalangan penyidik, tersidik yang bisa jadi saksi pelaku jasa kontruksi, pemenang lelang, penerima sub pekerjaan, pengguna anggaran, panitia lelang, saksi-saksi pasif maupun aktif, penggiat penegakan hukum (LSM) dan  penasehat hukum dan pihak-pihak yang terus mengingkuti perkembangan kasus ini.
            Adalah pengingkaran terhadap pembuktian sebuah kebenaran jika berbagai pihak saling menyalahkan dan memaksakan kehendaknya. Padahal, dalam pranata hukum ada aturan main untuk membuktikan kesalahan sesuatu gradasi/tingkat kesalahahannya. Ada bukti, ada saksi dan ada pengakuan dan ada novum. Namun hingga saat ini, kasusnya ditarik ke Polda Jatim, belumlah tuntas saling memaksakan kehendaknya. Ya..ada yang berkomentar di media, ada yang turun jalan, ada yang wadul ke lembaga super bodi di Jakarta.
            Melihat silang sengkerut seperti ini, kami ingat pesan eyang kami. Sebagai wong Jowo kami memiliki ungkapan yang sangat prasojo, Bang Bang Tut dan Tokoh Sengkuni. Ketika sekelompok orang yang berkumpul dan awalnya guyup rukun, jadi congkrah, Bubrah. Penyebabnya, bau kentut yang sangat menyengat. Maklum saja, karena yang punya gas ammonia itu dari salah seorang yang memang perutnya bermasalah. Barangkali karena makan yang banyak mengandung bakteri patogen. Tentu saja, bukan hanya yang punya perut yang merasakan sakit tapi juga yang mencium tentu sangat terganggu.
            Demikian juga dengan apa yang terjadi dengan dugaan korupsi Jembatan Brantas. Untuk membuktikan siapa yang bersalah dan paling bertanggunjawab, hingga berlarut-larut. Semua saling menuding dan saling membuktikan yang bersalah. Namun kembali pada ungkapan milik Wong Jowo, pihak lain menuding orang lain bersalah, ternyata dia juga ikut bersalah. Tergantung masing-masing kapasitas. Seperti orang menuding orang lain, salah satu telunjur mengarah pada orang lain. Tapi ada jari-jarinya yang juga mengarah pada dirinya. Ya…seperti sibuknya orang menuduh temannya kentut dan akhirnya `opyok`, “ Bang Bang Tut..Cendela Wawa, Siapa Bau Ke tut, Ditembak Raja Tua,”. Gitu dech…
            Sementara sosok Sengkuni dalam dunia pakeliran, inilah tokoh sentral yang sedang dimainkan oleh banyak pihak. Siapapun yang pernah dan sering menonton pagelaran wayang yang sarat dengan tuntutan, Sengkuni adalah tokoh yang dianggap sangat antagonis terhadap tokoh wayang yang ditempatkan di sisi kanan. Di sisi yang dikonotasikan dengan kebenaran. Sisi kebaikan dan sisi yang mewakili benar sebenar-benarnya.
            Tokoh Sengkuni tidaknya pernah mendapat tempat kebaikan. Namun ada nilai-nilai yang mungkin bisa mewakili tokoh yang saat ini terlibat dalam dugaan korupsi Jembatan Brantas. Sengkuni mewakili tokoh yang tidak pantang menyerah untuk mencapai tujuan. Meskipun dia memperjuangkan nilai kemenangan, dia tidak pernah surut mundur! Kini tokoh Sengkuni banyak dimainkan/ Apakah dia mewakili orang-orang terlibat di kasus Jembatan Brantas. Kami tidak ingin terjebak dalam permainan Bang Bang Tut.
Tentu saja, kami sangat terima kasih dengan adanya hikmah kasus ini, Polda Jatim mungkin sangat arif dan hati-hati dalam menentukann ending kasus. Kami tetap percaya, Polda Jatim mempertimbangkan hanya lebih utama. Sebab, situasi Kota Kediri yang kondusih lebih utama dan menjadi prioritas. Kabarnya, bang-bang tut juga melibatkan berbagai pihak yang menjadi penyelenggara pemerintahan (baca; eksekutif dan legislatif) Namun untuk menentukan siapa tersangka dari Pemkot Kediri dan DPRD Kota Kediri, kabarnya masih di tangan penyidik di Polres Kota Kediri. Kepada penyidik Polres Kota Kediri, tetap menjadi seorang pendiam yang bekerja ketika keadilan terluka! (red)
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

0 Response to "Hikmah Kasus Korupsi Jembatan Brawijaya"


KLINIK KANG JANA

KLINIK KANG JANA