Jelang Pilihan Calon AG1 dan Wakil Rakyat, Kemiskinan di Kota Kediri Jadi Komoditi Politik
Posted in |
KEDIRI, SMN - Sudah menjadi kebiasaan para politisi dan
pejabat jika menjelang pemilihan kepala daerah. Masalah kemiskinan selalu
ditarik-tarik ke ranah politik.Menjadi peluru dan energi untuk menggerek citra
dan menjatuhkan lawan politik. Ini telah terjadi di Kota Kediri menghadapi
pesta demokrasi Kamis Kliwon 29 Agustus 2013 mendatang.
Sadarkah bahwa orang-orang yang miskin itu juga manusia. Ada yang punya,
paling tidak harga diri dan hak menyuarakan pendapat (baca hak politik). Mereka
inilah kaum yang ada yang miskin karena dimiskinkan oleh sistim dan disebut
sebagai kemiskinan struktrural.
Nah, bagaimana pendapat anda jika ada pejabat,
politik yang membawa-bawa masalah kemiskinan sebagai materi mengerek citranya?
“Kami muak dengan janji-janji politik.Kami wong miskin ibaratnya Cuma sandal
jepit, sebagai gedibal saja. Wong kami dihargai Rp 10 ribu untuk menyerahkan
foto copi KTP. Apa harga kami hanya itu, soal kemiskinan jangan hanya
dibicarakan, Buktikan apa program yang nyata,” kata Udin, warga Girli (Pinggir
Kali) Brantas yang bekerja serabutan slulup manol pasir secara tradisional.
Masalah
kemiskinan di Kota Kediri sepertinya merupakan masalah abadi yang tak kunjung usai. Begitu
pula pemetaan, sistem dan bagaimana pengentasannya pun masih samar dan biasanya
hanya sebatas wacana, formalitas atau sebatas kajian.
Definisi kemiskinan sifatnya beragam, mulai dari
ketidakmampuan manusia dalam memenuhi kebutuhan dasar dan memperbaiki keadaan,
kurangnya kesempatan untuk berusaha dan sampai pada pengertian luas yang
memasukkan aspek sosial-moral. Kemiskinan dipandang sebagai suatu keadaan yang terkait sikap,
budaya hidup dan lingkungan dalam suatu masyarakat. Selain itu juga dianggap
sebagai ketidakberdayaan sekelompok masyarakat terhadap sistem yang diterapkan
oleh suatu pemerintahan sehingga mereka merasa di posisi yang lemah dan tereksploitasi. Tetapi
pada umumnya, ketika kemiskinan dibicarakan, yang dimaksud adalah kemiskinan
material. Dengan pengertian ini, maka seseorang masuk dalam kategori miskin
apabila tidak mampu memenuhi standar minimum kebutuhan pokok untuk dapat hidup
secara layak.
Ketua
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kota Kediri Abu Bakar
menilai program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan oleh Pemkot Kediri
masih belum terkoordinir dengan baik dan kurang tepat sasaran, bahkan terkesan
program kemiskinan oleh Pemkot Kediri berjalan sendiri-sendiri.
Kabag Humas
Pemkot Kediri Hariadi setelah acara sosialisasi raskin memaparkan bahwa di Kota
Kediri banyak
keluarga yang tidak lagi masuk dalam kategori miskin sehingga otomatis tidak
mendapat bagian bantuan raskin dan dalam arti lain di Kota
Kediri banyak
keluarga yang tidak masuk kategori miskin. Sesuai data
BPS, penerima raskin di Kota Kediri terjadi penurunan sebanyak 2.326 rumah
tangga sasaran. Tahun 2012 penerima raskin sejumlah 14.020 rumah tangga sasaran
dan pada tahun 2013 penerima raskin di Kota Kediri menjadi 11.649 sasaran.
Berbeda pandangan
dengan Kabag Humas, Heri Sunoto Salah satu Relawan Peduli Kemiskinan di Kota
Kediri jika Rumah tangga miskin tidak hanya ditangani dengan program bantuan
raskin saja namun sebagaimana data yang ada pada Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Rumah Tangga Miskin akan mendapatkan
penanganan berbagai program disesuaikan dengan klasternya, hampir miskin,
miskin atau sangat miskin. “Jadi data kemiskinan itu tidak dapat dilihat hanya
dari program bantuan raskin saja”, tutur Heri
Menanggapai
persoalan kemiskinan di Kota Kediri, Heri Sunoto juga menjelaskan Pemkot Kediri
sepertinya kurang serius menanggulangi kemiskinan dan dalam perencanaannya masih
lemah, “bukankah orang miskin itu juga manusia yang bisa diajak bicara tentang
profil, kemampuan, sebab dan akibat dari kemiskinan yang dijalaninya, namun
Pemkot Kediri sepertinya lebih menjalankan penanggulangan kemiskinan dengan
sasaran sebagai obyek dari program tersebut”.
Berapapun
datanya, masalah kemiskinan itu ada di depan mata dan memang harus di tangani, bukan Pemerintah yang sibuk
menunjukkan data bahwa kemiskinan berkurang akibat bantuan-bantuan sosial
program pemerintah atau mencari kelemahan tentang akurasi data
kemiskinan. Heri mengatakan “berapakah
jumlah orang miskin yang ditangani oleh Pemkot Kediri yang sudah keluar dari
status miskin ?”.
PPLS
2008 angka kemiskinan di Kota Kediri sebanyak 11.049 Keluarga Miskin (gakin)
sedangkan data PPLS 2011 keluarga pra sejahtera di Kota Kediri naik menjadi
14.859. Dari data PPLS ini angka kemiskinan bertambah sebanyak 3.810 Keluarga
Prasejahtera. Belum lagi keluarga miskin yang masih belum terdata, hal ini juga
harus menjadi tanggung jawab Pemkot Kediri jika mengacu pada UU No. 13 Tahun 2011 Tentang
Penanganan Fakir Miskin.
Yuni Rahmat Basuki Ex. Aktivis IKIP Malang di Kediri memaparkan, kekurang
tepatan sasaran, Pengentasan kemiskinan yang tumpang tindih, program kemiskinan
yang tidak terkoordinir bahkan data BPS tentang jumlah kemiskinan yang naik
menunjukan lemahnya perencanaan, implementasi program dan monev yang
dilaksanakan oleh Pemkot Kediri dalam menjalankan program penanggulangan
kemiskinan. “Apakah hal ini pantas jika Pemkot Kediri dikatakan Pro Kemiskinan
?”.
Penyelesaian masalah kemiskinan hendaknya bisa dilakukan secara
terstruktur, tersistem dan berkelanjutan, bukan hanya dengan hibah atau bantuan sosial yang sifatnya ‘kagetan’, tetapi jauh lebih
penting bagaimana merancang sistem program kerja serta kebijakan Pemerintah untuk menjaga agar kesenjangan kaya dan miskin tidak semakin melebar.
Yuni Rahmat juga menjabarkan setidaknya ada lima
aspek kunci dalam penanggulangan kemiskinan, yaitu profil
keluarga miskin, proses implementasi program pengentasan kemiskinan, penggunaan
data kemiskinan, dinamika pengentasan kemiskinan dan arah rekomendasi program
pengentasan kemiskinan kedepan. “Namun masalah program
penanggulangan kemiskinan, kembali tergantung Pemkot Kediri, mau dibawa
kemanakah Rumah Tangga Miskin (RTM) yang ada di Kota Kediri ?”, pungkasnya.
Nah, demikian
serius dan kompleknya masalah kemiskinan, kita tunggu kerja nyata pejabat dan
politisi yang harus status sebagai wakil rakyat. Kemiskinan bukan tema yang
panas ketika menjelang pemilihan walikota dan pilihan legislative. (had/red)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Jelang Pilihan Calon AG1 dan Wakil Rakyat, Kemiskinan di Kota Kediri Jadi Komoditi Politik"
Post a Comment