DPRD Kabupaten Pekalongan Timba Ilmu Pariwisata di Kota Batu


Batu, SMN - Pesatnya pertumbuhan pariwisata di Kota Batu, menjadikan Kota Wisata di Jawa Timur ini, tidak pernah sepi dari kunjungan, baik kunjungan Wisatawan yang datang ke objek-objek wisata maupun kunjungan ke balaikota Batu sebagai pusat pemerintahan kota.
Seperti  yang terjadi pada senin siang (20/2), rombongan dari DPRD Kabupaten Pekalongan yang berjumlah 25 anggota dewan, mengunjungi Balaikota Batu. Rombongan yang dipimpin Ketua DPRD Kota Pekalongan Asif Kholbihi ini langsung diterima secara hangat oleh Asisten I Bagian Pemerintahan Budi Santoso, didampingi Kepala Dinas Pariwisata Mistin, dan Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan SDM Pemkot Batu Choril Anwar.
Diskusi yang berjalan hangat itu, tidak lepas dari pengenalan profile masing-masing daerah yang mempunyai keunggulan dank e-khasan sendiri-sendiri, Kabupaten Pekalongan unggul dalam industri batiknya, disisi lain Kota Batu unggul dibidang pariwisatanya.
Kunjungan yang diterima di ruang Binabhakti Praja itu, tidak lepas dari tanya-jawab dari pihak DPRD Kabupaten Pekalongan kepada tuan rumah Pemerintah Kota Batu. Pertanyaan yang muncul rata-rata mengenai perkembangan pariwisata di Kota Batu yang relatif pesat serta strategi membangun kota wisata.
Seperti anggota Komisi C Bidang Perekonomian DPRD Kabupaten Pekalongan Tutik Suhartini ini, tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk bertanya mengenai ke-pariwisataan,”Seberapa besar sebetulnya PAD Kota Batu, kemudian apa saja jenis-jenis wisata yang ada di kota ini, serta berapa pemasukan dari objek wisata, termasuk bagaimana pembagiannya, antara pihak pengelola wisata dengan Pemkot,” tanya anggota dewan berkerudung itu.
Pertanyaan yang dilontarkan dengan baik itu, langsung dijawab oleh Asisten I Bagian Pemerintahan Budi Santoso. Mantan Kepala Dinas Pengairan dan Binamarga ini mengatakan, kalau konsep wisata di Kota Batu relatif sederhana,”Dalam membangun kota, jangan langsung menerapkan untung besar, pelan-pelan saja, yang penting rakyat sejahtera dulu, baru retribusi dan pajak pelan-pelan dinaikan. Kalau langsung tinggi investor dan pengelola wisata akan ambruk dan serta bisa kabur,” kata Tosi, panggilan akran Budi Santoso. Menurutnya dengan peningkatan kesejahteaan masyarakat yang ada, dapat memaju ketahan perekonomian daerah.
“Ibarat memelihara sapi, kita tunggu sapinya gemuk, baru susunya diperas. Jangan sapi masih kecil harus dipaksa untuk memproduksi susu, itu memberatkan” tambah Asisten Bagaian Pemerintahan ini. Menurut Mantan Kepala Bappeda ini juga menambahkan terlalu berhati-hatinya pemerintah Kota, sampai saat ini belum menerapkan pajak villa, termasuk pajak-pajak yang lain.
Sementara itu mengenai tempat-tempat wisata yang ada di Kota Batu, Budi Santoso mengatakan kalau objek wisata di Kota Batu bermacam-macam dengan pengelolaan yang beragam,”Wisata alam Selecta misalnya, murni dimiliki masyarakat sekitar, sampai investornya, ya masyarakat sekitar, kalau BNS, milik pemerintah desa dan masyarakat, pemanfaatannya dan pembagiannya terserah mereka. Pemerintah hanya fasilitator saja,” jelas Budi.
Sementara itu pertanyaan kritis juga sempat mencuat dari Wakil Ketua Komisi C Bidang Pembangunan DPRD Kabupaten Pekalongan Sumar Rosul, “Bagaimana membangun alun-alaun yang menarik itu, dan bagaimana mensinergikan konsep wisata dengan religius, sebab selama ini dua seolah menjadi hal yang sulit disatukan,” tanya anggota DPRD dari Kota santri ini.
“Alun-alun merupakan performen kota, semakin baik alun-alun, semakin baik pula anggapan orang mengenai kota itu, jadi menurut kami, alun-alun sebagai pencitraan kami. Ditambah pemikiran Walikota kami yang cerdas, yang berfikir bagaimana membangun tempat wisata rakyat yang gratis dan murah, jadilah alun-alun jawabannya,” ungkap Budi Santoso santai. Menurutnya selama ini masyarakat Batu menengah kebawah sulit menikmati wisata yang gratis dan murah, untuk itu muncul pemikiran untuk membuat alun-alun Kota Batu, meski harus mengeluarkan anggaran APBD lebih dari 14 M.
Mengenai konsep wisata dan religi, Asisten I yang sudah malang-melintang didunia birokrasi ini menegaskan, kalau dua hal itu bisa disinergikan seperti di Kota Wisata Batu ini, ”Kalau yang dibangun Wisata keluarga, itu lebih mudah dan menguntungkan dan diterima masyarakat ketimbang dengan wisata hitam. Dan Kota Batu, melarang ijin wisata hitam, titik. Wisata keluarga inilah yang akhirnya diterima masyarakat dan dibangun di Kota Batu” tegas Budi. Dalam hal itu Budi Santoso seolah memberi masukan pada Kabupaten Pekalongan yang mempunyai julukan Kota santri itu, supaya tidak ragu membangun tempat-tempat wisata yang menarik, sepanjang bukan wisata kemaksiatan, dirinya meyakini hal itu tidak akan mendapat penolakan, dari masyarakat santri yang ada di Pekalongan.
Dari catatan Pemerintah Kota Batu, kunjungan resmi dari berbagai daerah ke Balaikota Batu selama setahun yang lalu mencapai 359 kunjungan, atau jika dirata-rata setiap hari, Pemerintah Kota menerima satu hingga dua kunjungan. Sementara kunjungan ke objek-objek wisata, Dinas Pariwisata Kota Batu mencatat dalam setahun kunjungan wisatawan mencapai 4 juta orang lebih wisatawan yang menikmati panorama keindahan Kota Batu ini. (Hms/Az)
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

0 Response to "DPRD Kabupaten Pekalongan Timba Ilmu Pariwisata di Kota Batu"


KLINIK KANG JANA

KLINIK KANG JANA