Di Ngluyu Ada Sumber Minyak ? Sosialisasi Tim Pertamina : Jangan Ada Dusta Siantara Kita
Posted in |
Nganjuk, SMN - Budaya Jawa : “Rame Ing Ngarep, Tentrem Nang Mburine” inilah harapan diadakannya sosialisasi tingkat desa di kecamatan Ngluyu yaitu Desa Gampeng dan desa Bajang oleh tim survey 2D dan 3D blok Nona disekitar G.Kendeng dari pertamina. Sebagai lanjutan dari pertemuan di kecamatan Lengkong tanggal 5 Desember 2011 yang lalu. Acara tersebut diadakan di pendopo kec Ngluyu tanggal 12 Februari 2012. Hadir dalam acara tersebut Dinas Pertanden kab Nganjuk, Muspika Kecamatan Ngluyu, kades dan perangkat desa Bajang dan Gampeng serta masyarakat yang tanahnya terkena survey tersebut.
Survei ini bertujuan meneliti potensi ekonomi nasional untuk memenuhi kebutuhan minyak nasional satu barel per hari sesuai undang-undang migas No 2 tahun 2001. Untuk menjawab akan kebutuhan bahan bakar yang mengalami kenaikkan sementara beberapa tahun kedepan akan mengalami penurunan hasil produksi. Jadi survey migas ini salah satu upaya untuk menghindari impor migas bagi Indonesia. Dan wilayah Gampeng, Bajang, Ngepong kecamatan Lengkong adalah desa di kabupaten Nganjuk yang di perkirakan tanahnya memiliki kandungan minyak yang cukup selain empat kabupaten lain di sekitar Gunung Kendeng yaitu Bojonegoro, Lamongan, Jombang, dan Cepu.
Dalam acara tersebut di jelaskan proses survey tim pertamina yaitu dari tahap perijinan (Termasuk sosialisasi) dilanjutkan topografi kemudian pengeboran sedalam 30 meter, peledakan dengan Low Xplosive, perekaman data, pengolahan data yang nanti bila dirasa cukup memiliki kandungan minyak baru ada proses kompensasi lahan. Sementara untuk kepentingan survey ini dari pertamina hanya akan memberi ganti rugi kerusakan yang diakibatkan proses survey. Seperti misalnya sawah yang dilewati kabel akan mendapat ganti rugi sebesar lebar 1 m² × panajang kabel. Untuk titik pengeboran seluas 9 m² + kerusakan lain. Dengan harga ganti rugi tanam tumbuh yaitu indeks tanaman tiap kabupaten.
Dengan sosialisasi tingkat desa ini diharapkan warga desa mengerti, memahami dan dapat menerima proses survey ini dengan tenang dan tidak terprofokasi dengan pengertian yang salah. Dalam sambutanya baik camat Ngluyu dan Dinas Pertamben pada intinya menekankan pentingnya menyatukan visi dan misi serta rasa persatuan sehingga dengan berhasilnya survey potensi ekonomi nasional ini apabila berhasil akan sangat menguntungkan semua pihak karena tim survey pertamina ini juga merah putih di dada.
Proyek migas adalah proyek dengan resiko tinggi, tekhnologi tinggi, pendanaan tinggi, performen tinggi. Semua perhitungan harus tepat dan akurat. Sehingga apabila ada error juga harus difikirkan dengan bijaksana. Karena seperti yang disampaikan ketua tim yaitu bapak Yudi Majib bahwa sesuai UUD 1945 menyatakan bumi, air dan udara adlah milik Negara. Sesuai dengan UUD 1945 juga menyatakan bahwa kesejahteran, kesehatan, dan keamanan masyarakat / warga Negara Indonesia adalah tanggung jawab Negara karena mereka adalah miik Negara juga.
Untuk pembayaran ganti rugi akibat survey rencananya akan di bayarkan melalui MUSPIKA baik itu kecamatan Ngluyu maupun kecamatan Lengkong. Seperti kita semua tahu cirri khas masyarakat Ngluyu adalah manut. “ Iya deh, yang penting seprti kata pak Agus Tidak Ada Dusta Diantara Kita. Nggeh nopo nggeh! Hidup Ngluyu!! (JK/RMB)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
November 6, 2018 at 9:13 AM
Gak segampang membalik tangan...investasi minyak mentah butuh instrumen yang rumit...ini dikelola rakyat atau perusahaan besar macam Bukaka?. Tapi rakyat kayaknya gak mau diacuhkan begitu saja...seprti kita tau, minyak skala kecil yg dikelola rakyat ada macem2 yg dibutuhkan :
1. PT yg memiliki hak kelola lahan perhutani
2. Koperasi yg menaungi proses trading minyak
3. Kilang minyak ( bisa mini)
4. Sarpras jalan dsb buat proses distribusi minyak mentah ke Kilang.
5. AMDAL proses drilling titik/sumur.
6. Acuan harga minyak mentah yg diterbitkan ESDM. Tiap2 blok beda harga.
7. Kestabilan Harga minyak mentah yg ditervitkan koperasi dan pertamina.
Dan itu semua butuh investasi yg sangat besar...dan terpenting lagi mendidik masyarakat disekitar sumur yg ikut bekerja disana agar tdk menyuling/menjual/tidak menyetor ke Kilang pertamina.
Wonocolo hancur gara2 keserakahan. Semua mengebor tanpa melihat AMDAL akhirnya ditertibkan pemerintahan Jokowi. Kebusukan trader yang mencampur minyak kualitas rendah marak terjadi di era SBY, kalo nganjuk bisa buka ladang minyak jangan contoh hal2 buruk tsb.
November 6, 2018 at 9:22 AM
Kita ambil pelajaran dr blok cepu terutama minyak yg dikelola rakyat tepatnya wonocolo dan dangilo (Blok W dan D) kedewan.
Keserakahan, ya...semua struktur koperasi yg dipegang putra daerah stempat yang gak tahan godaan akhirnya terkuak dan wajib lapor...
Liat skrg Wonocolo bangun jalan aja gak mampu...
Tapi di era Jokowi semua ditertibkan...rapaksi minyak yg semula 10% di cut jadi 3 dan akhirnya 1%. Apakah rakyat menjerit? Iya tapi salah sendiri...pertamina menanggung rugi akibat mutu minyak trading yang gak bisa di olah...
Klo pun ntar hasil survey minyak layak jual...ya wanti2 aja...keserakahan akan merusak alam dan akhirnya akan merusak desa itu sendiri...anak2 terpapar residu dan segala macem..persiapkanlah semua instrumen Sebaik mungkin jangan kayak Wonocolo..pemrintah harus tegas...jangan sampe kejadian rakyat menguasai mesin angguk di Cepu terulang kembali di Nganjuk.
November 6, 2018 at 9:33 AM
Ada minyak ada kontraktor minyak..yang terjadi di cepu..banyak kontraktor yg sangat brani mengeluarkan izin drilling sesempit apapun itu titik satu dengan yg lain. Entah itu kongkalikong dengan pihak koperasi yg notabene penduduk setempat.
Tapi yg jelas semakin banyak titik bor ngawur semakin sedikit pula hasil yg diraup per harinya..atau malah merusak, sehingga terjadi fluing. Ujung2nya Air tanah deras keluar dr lubang dan menghancurkan kanan kiri titik.
Kita tidak tau apa yang ada di perut bumi. Kalo orang bilang ada minak sekian2 itu bullshit. Yg terjadi di cepu..investor terlalu percaya dengan kontraktor...bahkan ada yg nakal dengan menuangkan satu tangki truk minyak mentah ke dalam sumur ketika sang investor akan datang...ujung2nya insvetor percaya...setelah semua siap...ternyata minyak yg didapat gak sesuai dengan yg diharapkan...unvestasi milyaran gak bakaln balik...apalagi yg pinjam BANK...kere kere dah...ketika investor ditatapkan denga keadaan itu akhirnya solusi menjual titiknya...dan investor baru akan masuk ke perangkap kontraktor...begitu seterusnya...bahkan ada idom di Cepu "sing bati kontraktore...investore teko numpak mercy, Muleh iso ra kathokan.."
November 6, 2018 at 9:42 AM
Sekilas aja persiapan titik bor di Wonocolo..
1. Ada penambang
2. Investor
3. Kontraktor
Yang terjadi di Cepu, penambang harusnya ya yg ikut bekerja tiap hari di sumur...tapi malah sebaliknya namanya anak, cucu, istri dimasukan ke formasi penambang. Itu merugikan investor karena formasi bagi hasil usaha sumur tsb 70% investor, 30 % penambang. Kontraktor yg biasanya orang stempat malah ikut jatah penambang. Akhirnya mendominasi hasil. Belum nanti uang operasional yg bejibun...alat2 yg super konvensional versi sumur rakyat malah boros di operasionalnya...ketika timba tersangkut, itu semacam mimpi buruk buat investor. Jadi bisa jadi selama 3 bulan biaya operasional bengkak gak karuan...trus titik sbelah di potong jalur sama investor lain...selesai dah.
Trus balik modalnya kapan?
Jangan sampau terjadi di nganjuk, persiapkan semua dengan matang baik peraturanya dan sgl macemnya...
November 6, 2018 at 10:03 AM
Persiapan semua dengan matang. Kita ambil pelajaran dr wonocolo saja...kita pengen usaha sumurinyak lancar atau malah hancur. Sebagai contoh fluktuasi harga minyak cepu terlalu ekstrem, kadang 1200 perliter kadang 2000 per liter. Ini juga bikin galau investor...akhirnya banyak minyak mentah yang tidak tersetor ke depo pertamina dan terjual ke pasar gelap...dengan harga sulingan sendiri yg beda jauh dibanding patokan minyak yg fluktiatif masyarakat dan investor banting setir ke pasar gelap. Serba salah khan, masyarakat sekitar sumur juga butuh hidup, investor butuh balik modal.
-sinergi koperasi dan pertamina diperlukan jangan asal rilis harga minyak sakenak udele.
-denah titik harus tertib..pemerintah harus bener2 tegas mereaksi ketidakberesan di lapangan..kalo gak tegas yaaa liat sendiri wonocolo udah gak berbentuh desa.
-usahakan jangan menebang pohon terlalu banyak.
-amdal diperhatikan terutama saluran /sungai kecil jalur pembuangan minyak jelek /bladhug.
-Gunakan Tripod besi...yg terjadi di Wonocolo ada yg dari pohon jati...ancur dah.
-tertibkan penyulingan minyak...karena satu aja penyulingan minyak dibiarkan..maka berikutnya akan susah menghentikan praktik tsb.
Dan masih banyak lagi
November 6, 2018 at 10:09 AM
Itu baru sebagian...pokoke bikin usaha pengeboran sumur minyak itu kompleks..jangan dikira guampang.
Tapi ya tunggu survey dulu. Layak gak minyak ngluyu dijual ke kilang?
Kilangnya? Ya bikin baru, gak mungkin khan setor ke Menggung, Cepu. wkwkwk...
Jalanya? Ya bikin yang beton, kalo aspal hancuuuur...yg lewat bawa minyak rata2 4 sampe 5 ton per hari. Di Cepu ada 50 sampe 60 trek engkel tiap hari mondar mandir de sumur ke kilang.
Risetnya? Segaka macemnya?
Semua duit ya...trilyunan itu bukan sekedar M...wkwkwk