Dampak Redistribusi Tak Maksimal
Posted in |
NGAWI, SMN - Wacana
rekrutmen CPNS tenaga pendidik untuk menutupi kekurangan guru jenjang sekolah
dasar (SD) ternyata tak sejalan dengan pemikiran kalangan dewan. Kalau langkah
itu yang diambil (rekrutmen, Red), mengindikasikan eksekutif nggak mau berpikir
ekstra. Masih banyak cara yang seharusnya bisa dijalankan tanpa mengorbankan
APBD, kata Khoirul Anam, anggota Komisi I DPRD Ngawi, kemarin (28/8).
Menurut dia, hasil kajian komisinya, tak ada
kekurangan tenaga pendidik di Ngawi. Itu jika pemkab berani melakukan pemerataan
secara global dari jenjang SMA dan SMP ke tingkat SD. Pun, mekanisme itu juga
sudah diungkap Dindik pada hearing saat penerapan redistribusi guru awal Juni
lalu.
Sebenarnya yang tidak komitmen itu BKD (Badan
Kepegawaian Daerah, Red) atau Dindik. Kedua lembaga itu selalu tak mau
transparan dalam membeber seputar kepegawaian, ujar legislator PKB tersebut.
Redistribusi yang diharapkan bisa menjadi solusi,
lanjut dia, hasilnya tidak maksimal. Sekitar 500 guru SMP dan SMA yang diplot
digeser, cuma terealisasi separonya. Masih banyak yang ogah berpindah dari
sekolah asalnya. Hal itu yang menyebabkan SD pinggiran masih kekurangan tenaga
pendidik.
Jangan berbicara rekrutmen dulu. Coba menilik
hasil redistribusi. Apakah berhasil atau hanya sebagai akal-akalan saja. Kalau
terlalu jauh melangkah, beban yang ditanggung juga akan membengkak, ungkapnya. Anam juga menyoroti merger lembaga
sekolah yang seatap dan sehalaman. Menurutnya, kebijakan itu selama ini masih berkutat di kawasan perkotaan.
Padahal, juga tidak sedikit SD pinggiran yang jumlah siswanya tak memenuhi
standar rombongan belajar (rombel). Akan lebih efektif bila pemerintah daerah
mau berpikir ke situ (merger menyeluruh, Red). Kalau sekarang ini setiap desa
minimal terdapat 3-5 SD, itu terlalu banyak. Malah tidak efektif. Bisa
dilakukan merger cuma dua lembaga sekolah saja itu sudah bagus, paparnya. Bila redistribusi dan pemergeran lembaga
sekolah optimal, kata dia, rekrutmen CPNS bisa dihapus.
Jangan sampai berpikiran melakukan rekrutmen CPNS.
Itu yang harus diperhatikan
eksekutif. Benahi dulu internal dengan pemaksimalan SDM (sumber daya manusia,
Red) yang ada, ujarnya. Anam menuturkan, jumlah pegawai khususnya tenaga
pendidik, memang membebani keuangan daerah. Problem itu akan terus mengakar
bila eksekutif tak berani menyetop rekrutmen CPNS dan memangkas kebutuhan untuk
menyokong kinerja pegawai.
Sejauh mana profesionalisme kinerja pegawai sudah
bisa diukur. Begitu juga loyalitas akan tugas-tugas yang diembannya, urainya.
Tidak adanya rekrutmen CPNS selama dua tahun
terakhir mulai berimbas pada kebutuhan guru jenjang sekolah dasar (SD) di
Ngawi. Catatan Badan
Kepegawaian Daerah (BKD) setempat, saat ini terdapat kekurangan 781 tenaga
pendidik. Angka itu akan terus meningkat seiring banyaknya guru yang sudah
memasuki masa pensiun. Karena itu, untuk mengatasi problem itu, rekrutmen CPNS
dinilai sudah tidak bisa ditawar lagi. (Sy)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Dampak Redistribusi Tak Maksimal"
Post a Comment