Produksi Susu Koperasi Karangploso Menurun Disebabkan Persaingan Pasar yang Tidak Fair


Malang, SMN - Ketersediaan lahan yang cukup luas dan potensi alam sebagai pendukung pakan bila di kelolah dengan baik juga akan sangat mencukupi, dan secara turun menurun masyarakat sudah mengenal cara beternak namun alangkah lebih baiknya lagi apabila keterampilan yang sudah ada semakin di lengkapi degan pengetahuan yang menyeluruh mengenai beternak yang benar sampai dengan pengelolahan hasil akhir secara tepat. Sapi perah merupakan ternak yang sangat tepat untuk di kembangkan mengingat ternak tersebut dapat sekaligus menghasilkan dua produk utama yaitu susu sapi dan daging. Oleh karena itu para petani harus bisa dalam penanganannya dan pengelolahan susu yang tepat.
Susu murni adalah cairan yang berasal dari sapi yang sehat yang di peroleh dengan cara pemerahan yang benar tanpa mengurangi atau menambah sesuatu komponen atau bahan lain yang sesuai SK Dirjen Peternakan No.7 tahun 1983.
Namun dari tahun ke tahun dan seiring berkembangnya zaman sehingga populasi bangunan meningkat kini ketersediaan lahan mencari pakan yang cukup luas itu tinggalah sebuah cerita oleh para peternak Koperasi Karangploso Kabupaten Malang ,sehingga hal itu bisa menghambat produktifitas susu dan berkembangnya sapi-sapi yang ada. Dan untuk keterampilan dalam pengelolahan dan beternak yang benar koperasi karangploso telah berkali-kali membekalinya melalui penyuluhan program pembinaan, pemeliharaan di setiap tiga bulan sekali. Semua hal itu di lakukan agar menciptakan para peternak yang mampu dan siap bersaing secara profesinal.
Hal tersebut di ungkapkan olek Direktur Utama koperasi karang ploso Ir. Agung Rino Santigi kepada wartawan media ini pada {21/01} sabtu kemarin di tempat krjanya.
Agung juga mengatakan, bahwa produktivitas dan produksi susu secara average 3 tahun belakangan mulai menurun dari yang setiap bulanya harus mengirim 12 ton sekarang ini menjadi 7 ton,hal itu di sebabkan karena secara demografi yang berdekatan dengan kota sehingga banyak pilihan dalam bekerja, kurangnya lahan dan ternak yang menurun drastis, banyaknya peternak yang beralih menjadi lebih fokus dalam penjualan sapi potong, penerapan peraturan dari pemerintah mengenai standarisasi masih kurang berlaku dan tidak ada sanksi yang tegas tehadap yang tidak memenuhi kriteria standard.
Untuk menyiasati produktivitas susu yang mengalami penurunan pihak koperasi membantu para peternak dengan cara menghilangkan keuntungan koperasi untuk ternak.Agar semua itu di tujukan meningkatnya produktifitas ekonomi dan para peternak ,namun tampaknya kondisi seperti tersebut masih belum di rasa cukup.
Apalagi yang baru-baru ini harga daging di pasaran sangat bagus sehingga di sinyalir peternak susu banyak yang beralih ke sapi potong dan sapi-sapi yang seharusnya bagus di jadikan beternak susu malah harus di jadikan sapi potong.
”Bahkan sapi yang masih bunting saja harus di potong. Hal ini memperlihatkan secara tidak langsung bahwa banyaknya petugas yang kurang tegas dalam bersikap dan di sinyalir banyaknya petugas yang kurang berwenang di dalam artian tidak mempunyai keahlian , petugas yang tidak mengantongi surat izin dan yang lebih parah tidak ada basic sama sekali tiba-tiba menjadi petugas yang menangani hewan akhirnya efek negatif dari tersebut para peternak yang harus di rugikan.” imbuh Agung.
Lagi-lagi Agung mempertanyakan keberadaan petugas dari peternakan untuk tugasnya kembali mengenai banyaknya koperasi yang menerima tanpa proses standarisasi, bagaimana mungkin mereka harus melakukan proses standarisasi jika pengambilan susu dari petani tidak tepat waktu, terkadang air susu sampai berubah menjadi agak kekuning-kunigan dan banyak lalat yang mengerumuni. Maka dari itu kesegaran dan kemurnian tidak layak di konsumsi, hal itu juga masih sangat perlu di pertanyakan . Pihaknya juga begitu yakin bahwa untuk kriteria TFC di bawah 1 juta bakteri tidak akan terpenuhi. Seharusnya sebelum di jual ke koperasi harus masuk pos penampungan dan secara continue harus di uji secara benar, kondisi seperti inilah yang membuat persaingan tidak fair, jadi meski para petani tidak membawa hasil perahannya tanpa melalui tes di pos penampungan susunya juga masih laku dan koperasi nakal yang tidak menggunakan proses standard tersebut telah berani memberikan nilai harga yang sama seperti koperasi yang menggunakan SNI.
Cara seperti itulah yang merusak kualitas susu para peternak yang sudah terlanjur di kondisi yang memprihatinkan. sehingga secara tidak langsung telah membelajari para peternak kita tidak punya kualitas dan jika nantinya bersaing secara sehat dengan kota-kota lain bahkan luar negeri tidak akan laku, apalagi kalau susu import yang akan lebih murah dan kualitasnya bagus.Namun untuk menutupi kekurangannya koperasi yang nakal itu telah beralibi sudah di uji dengan alcohol,namun semua itu hanya untuk menutupi saja, kalaupun kondisinya memang bagus atau lebih unggul ya tidak masalah akan tetapi kalau kondisi sebaliknya pihaknya sangat kecewa. Padahal susu merupakan bahan makanan berkadar asam rendah {PH sekitar 6,6} maka di dalam proses penanganannya bakteri sebagai penyebab kerusakan harus mendapat perhatian utama. Mikroba lain seperti jamur dan yeast sangat mudah di musnahkan pada suhu yang relative rendah. Oleh karena iu peranan bakteri sangat signifikan dalam kerusakan bahan makanan{susu} maka perlu di tinjau lebih dalam mengenai jasad renik yang bernama bakteri karena susu merupakan konsumsi untuk kesehatan bagi manusia yang lebih utamanya kesehatan bayi. Apabila kualitas tidak memenuhi standard bisa mengakibatkan timbulnya penyakit.
Agung berharap terhadap pemerintah, Regulasi yang mengharuskan kawin silang tidak terjadi di bidang pembibitan ,dan di bidang pelayanan keswaniti seharusnya ada aturan yang mengikat. Sedangkan untuk para petugas yang memberikan pelayanaan harus mempunyai standard atau mempunyai sertifikasi dan standard kompetensi. Dan di dalam tata niaga seharusnya ada regulator yang menjadi wasit dan dan menjadikan persaingan menjadi fair. (Az/Jun)
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

0 Response to "Produksi Susu Koperasi Karangploso Menurun Disebabkan Persaingan Pasar yang Tidak Fair"


KLINIK KANG JANA

KLINIK KANG JANA