Suara Media Nasional: Hebat, Staf Kelurahan Bisa Jadi Kepala Puskesmas

Hebat, Staf Kelurahan Bisa Jadi Kepala Puskesmas

Posted in |

Puskesmas Sendang

Tulungagung, SMN

Adalah Muhani, pria paruh baya yang satu ini memang sungguh lihai, bahkan terkesan licik, mengapa demikian karena dari seorang staf Kelurahan, dirinya kini bisa menjadi seorang kepala Puskesmas di Kecamatan Sendang. Keadaan ini sempat menjadikan pertanyaan banyak pihak, seorang kepala Puskesmas yang seharusnya mempunyai basic pendidikan dari dunia kesehatan, tetapi pada kenyataanya, Muhani yang bertitel Sarjana Sosial.

Dalam hal ini Dinas Kesehatan Tulungagung diduga telah melanggar Keputusan Menteri Kesehatan yaitu KEPMENKES RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar puskesmas didalamnya memuat syarat sebagai kepala puskesmas yakni harus seorang sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat. Dengan mengangkat atau memberikan kesempatan kepada seseorang yang memang tidak pantas menduduki jabatan sebagai Kepala Puskesmas.

Kepala Puskesmas

Dalam hal ini akan muncul berbagai macam penilaian tentang ada apa dibalik pengangkatan Muhani menjadi Kepala Puskesmas. Dugaan adanya permainan antara Muhani dan Dinas Kesehatan semakin santer dibicarakan, bahkan dugaan politik money alias KKN semakin kuat dihembuskan dikalangan pegawai Dinas Kesehatan. Menurut salah satu narasumber dari kalangan dunia kesehatan, dirinya mengungkapkan bahwa pengangkatan Muhani menjadi kepala Puskesmas memang sudah menyalahi sistim dan prosedur yang berlaku yang mengatur tentang tatacara dan siapa saja yang berhak menjadi Kepala Puskesmas, karena hal ini akan mempengaruhi kinerja dan kebijaksanaan yang akan berimbas kepada pelayanan kesehatan dimasyarakat.

Seorang sarjana social tak akan mungkin mampu menjalankan sebuah pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum, karena pastinya tidak sesuai dengan basic pendidikan yang sudah dia dapatkan dibangku universitas. Tetapi sampai berita ini dibuat, Dinas Kesehatan Tulungagung seakan takmau tahu dengan keadaan ini, kalau orang jawa bilang “ moto picek, kuping budek “, tanpa memperhitungkan akibat dan pengaruh yang ditimbulkan dari satu kebijaksanaan yang terkesan ngawur. (Rud)